Tim Tombo Ati (T2A) adalah lembaga yang didirikan dalam Penanganan Mental Spiritual bagi para Pengungsi korban merapi.

Jumat, 12 November 2010

Jika Sempurna Akan Akhiri Eropsi Merapi;Kubah lava terbentuk Lagi

YOGYA  - Kubah lava baru telah terbentuk di kawah Gunung Merapi dengan volume 1,6 juta meter kubik. Laju pertumbuhan kubah ini cukup tinggi, yakni sebesar 48 meter kubik/detik. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Dr Surono mengatakan, kalau kubah terbentuk sempurna, akan menjadi sumbat yang kuat dan mengakhiri erupsi Merapi. ”Pada tanggal 3-4 November lalu juga telah terbentuk kubah lava dengan volume 3,54 juta meter kubik. Namun kubah ini hancur terlempar oleh letusan hebat tanggal 5 November. Mudah-mudahan kubah yang terbentuk sekarang tidak terlempar lagi dan menjadi sumbat yang kuat,” ujarnya. Menurut Surono, kawah yang terbentuk akibat letusan 5 November terbuka ke arah selatan. Ini merupakan fenomena baru karena biasanya kawah selalu mengarah ke barat. Meski demikian, terbukanya kawah ke arah selatan bukan berarti bahaya akan mengancam kawasan di sektor selatan Merapi. ”Letusan dan awan panas arahnya kan * Bersambung hal 7 kol 1 vertikal. Luncurannya ke arah mana, itu tergantung arah angin. Kemungkinan bahaya bisa ke segala arah. Dalam beberapa hari terakhir angin mengarah ke barat, sehingga warga Magelang terkena hujan abu dan pasir,” paparnya. Ia mengingatkan, kandungan gas di tubuh Merapi masih sangat tinggi, termasuk gas S02 (sulfur dioksida) yang mencapai 180 kilo ton. Karena itu letusan eksplosif maupun awan panas masih berpotensi terjadi. ”Merapi masih dalam fase erupsi karena awan panas masih terus muncul, selain itu asap masih membubung tinggi yang mengindikasikan aktivitas magma di dalam tubuh Merapi masih besar. Status Merapi masih Awas dan zona aman tetap di luar radius 20 kilometer dari puncak,” tegas Surono. Ditambahkan, ancaman lain yang juga mengkhawatirkan adalah daya tampung sungai yang diperkirakan tidak mencukupi aliran lahar dingin. Curah hujan yang terjadi saat ini tergolong tinggi sehingga kemungkinan aliran lahar dingin akan semakin sering terjadi. ”Dua belas sungai yang berhulu di puncak Merapi telah dipenuhi material vulkanik, sedangkan aliran lahar dingin sudah menembus radius 16 km dari puncak,” ujarnya. Berdasarkan laporan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) kemarin, lahar di Kali Boyong telah terendapkan di Dusun Kardangan Desa Purwobinangun Sleman berjarak 16 km dari puncak Merapi. Lahar di Kali Kuning telah mengisi penuh jembatan Sidorejo Dusun Sidorejo Desa qHargobinangun yang berjarak 9,5 km dari puncak. Sedangkan di alur Kali Gendol, lahar telah mengisi penuh dam di Dusun Morangan Desa Sindumartani yang berjarak 16,5 km dari puncak Merapi. Laporan pengamatan visual, teramati guguran ke arah Kali Gendol dengan jarak luncur 1 km pada pukul 10.35 WIB. Dari CCTV yang dipasang di Deles, teramati awan panas dengan jarak luncur 3 km ke arah Kali Gendol pada pukul 05.20 WIB, serta kolom asap putih kecoklatan bertekanan kuat setinggi 1.500 meter. Evakuasi Sementara itu, tim evakuasi korban awan panas Merapi yang menyisir dua dusun di Desa Glagaharjo Cangkringan Sleman, kemarin tak berhasil menemukan korban. Bahkan penyisiran hanya berlangsung singkat, pukul 08.00-09.00. Setelah tim yang terdiri dari TNI dan relawan bekerja selama satu jam, mereka menarik diri dan kembali ke posko di Wedomartani Ngemplak Sleman. ”Risiko bagi tim evakuasi terlalu besar jika penyisiran dilanjutkan, sebab suhu permukaan tanah di luar perkampungan masih sangat panas, mencapai 100 derajat celsius. Semakin mendekat ke Kali Gendol akan semakin panas,” kata Wakil Komandan Grup 2 Kopassus Letkol Iwan Setiawan. Dua mayat korban erupsi Gunung Merapi masing-masing Mr X dan Robinah ditemukan secara terpisah oleh tim evakuasi di Dusun Pangukrejo Desa Umbulharjo dan di Dusun Glagah Malang Desa Glagaharjo Kecamatan Cangkringan. ”Sejak ditemukan pada Rabu (10/11) sampai sekarang, mayat Mr X belum bisa diidentifikasi tim forensik. Karena data ante mortem dan post mortem korban belum sesuai,” kata Kabag Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Trisno Heru Nugroho. Jumlah keseluruhan korban erupsi Merapi yang meninggal sampai Kamis (11/11) siang pukul 14.00 sebanyak 151 orang. Rinciannya 37 korban meninggal akibat terkena awan panas pada letusan pertama 26 Oktober dan 114 orang meninggal pada letusan kedua 5 November 2010. ”Dari 151 mayat, 60 mayat di antaranya sudah teridentifikasi,” ujar Banu Hermawan, staf Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito. Sedangkan jumlah pengungsi yang meninggal di barak terus bertambah. Seorang pengungsi yang belum diketahui asal dan keluarganya, meninggal di barak GOR KONI Pangukan. Di Gunungkidul, diduga karena depresi berat akibat suaminya kecelakaan lalu-lintas dalam kondisi kritis, Ny Etik Kusmiyati (60) warga Dusun Bembem Hargobinangun Pakem Sleman yang kini mengungsi di Giricahyo Purwosari meninggal. Jenazah korban dimakamkan di desa setempat lantaran rumah duka di Pakem dalam keadaan rawan letusan Merapi. Sementara di Boyolali, jumlah pengungsi yang menderita sakit terus bertambah, kini telah mencapai lebih dari 510 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 10 orang di antaranya meninggal dunia. Pengungsi terakhir meninggal adalah Parlan (40) warga Desa Senden Kecamatan Selo yang meninggal karena sesak nafas, insomnia, diare dan dehidrasi akut. Menurut Asisten III Sekda Boyolali, Dr Syamsudin MKes, para pengungsi yang menderita sakit keras langsung dirujuk ke rumah sakit rujukan korban bencana untuk mendapatkan perawatan intensif. ”Pemkab juga telah mengirimkan obat obatan dan tim medis untuk menangani para pengungsi yang sakit di posko masing masing,” katanya. (Tim KR)-f (R-3/Aks/Rul/Awa/Bmp/Dis)

Sumber :http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=229039&actmenu=35


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More