Tim Tombo Ati (T2A) adalah lembaga yang didirikan dalam Penanganan Mental Spiritual bagi para Pengungsi korban merapi.

Minggu, 21 November 2010

Kamu Pingin Jadi Apa?



Sore ini Tim Tombo Ati berkunjung ke Posko Sanggrahan, Caturharjo, Sleman yang menampung pengungsi dari Wiro Nayan, Kradenan, Srumbung, Magelang. Kami berangkat berenam. Disambut hangat oleh pengungsi dan petugas posko. Karena situasi dalam ruangan yang kurang terkondisikan, training kali ini dilaksanakan di halaman. Walaupun sempat jadi bola pingpong (awalnya diminta keluar, trus disuruh masuk, akhirnya keluar lagi) peserta yang terdiri dari anak-anak dan remaja disana sangat antusias. Tanpa tikar, tanpa pengeras suara. Berdiri dan setengah teriak, makin hidup euy!

Diawali ice breaking dari Mas Zaid Mujahid. Instruksinya sederhana. Menebak kalimat yang diperagakan oleh salah satu peserta. Ada gaya dari yang lucu, lugu sampai yang wagu. Yang jawabannya betul diberi hadiah. Ada yang nebaknya bener-bener dipikir, ada yang asal, ada juga yang sak kenane. Yang berhak dapat hadiah ada dua orang, Dek Yani dan Mas Puji.

Master of Traning memasuki lapangan (berasa upacara aja). Mas Fai membuka materinya dengan mengajak peserta brain gym. Sebagian lancar, tapi nggak sedikit juga yang bingung. Apalagi waktu yang ibu-ibu dan bapak-bapak ikut nimbrung. Langsung geeerrrrr…

“Ada yang sudah punya cita-cita besok pingin jadi apa?”, Mas Fai bertanya. “Saya!”, hampir serempak menjawabnya. Setelah diminta menyebutkan, ini dia jawaban mereka:
Dokter                  : 3 orang (jawaban SD & SMP)
Polwan                 : 4 orang (jawaban adek-adek putri – ya iyalah, namanya aja polwan- yang masih SD)
Guru                      : 4 orang (juga jawaban yang SD & SMP)
Tentara                                : 5 orang (jawaban adek-adek putra yang masih SD)
Orang sukses     : 6 orang (jawaban yang setingkat SMP, kebanyakan justru SMA)

Hari gini ngomongin cita-cita? Itu penting adanya. Rumah boleh penuh abu, tapi semangat dan keyakinan meraih cita-cita nggak boleh berlalu. Seperti sosok yang Mas Fai sampaikan. Mounty Robert. Kami merasakan antusias mereka. Tahan berdiri dan memperhatikan dari awal sampai akhir. Bahkan orang tua dan keluarga juga ikut menyimak dengan seksama. Ya. Nggak ada satu orangpun yang boleh mencuri cita-cita kita!

Sebelum ditutup, Mas Zaid Mujahid kembali bagi-bagi hadiah. Hadiahnya ada empat. Tiga yang awal sih masuk akal kuisnya. Tapi yang terakhir sedikit nyeleneh. Siapa yang tahu nama lengkap Mas yang tadi ngisi?

“Oh iya, saya sendiri malah lupa memperkenalkan diri tadi,” sebuah pengakuan dosa ceritanya. “Ganti aja pertanyaannya” rembugan kita di belakang. Eh, belum sempat bilang, tiba-tiba ada satu anak mendekati kami. “Mas, namanya siapa?” Kaget. Ada yang berani tanya pada yang bersangkutan ternyata. Wah, perlu diapresiasi nih!

“Sini saya kasih tahu, karena kamu berani tanya langsung ke saya. Nama saya Ahmad Rifai…” bisik Mas Fai pada bocah berkostum Ronaldo warna biru itu. Tapi sayang waktu mau jawab dia lupa. Trus jawabannya diambil sama temennya, jadi hadiah terakhir tadi bukan buat dia.

Beruntung kami masih punya satu lagi. Dan ini yang paling besar. Walaupun sebenarnya ini bukan untuk hadiah. Sebelum kami pamit pulang, hadiah ini diserahkan langsung ke Azis sama Mas Fai. Dan hadiahnya nggak buat dia sendiri lho! Temen-temennya juga dia bagi…

Kami pamitan. Undur diri sekaligus salam perpisahan. Begitu tulusnya mereka memberi jawaban, “Matur nuwun sanget nggih, Nak… Ndherekaken sugeng tindak… Mugi saged kepanggih malih…” (Terima kasih sekali ya, Nak… Selamat jalan… Semoga bisa ketemu lagi…)

Semoga acara kali ini bisa jadi kenangan sebelum pulang ke kampung halaman. Jadi oleh-oleh buat dibawa ke Magelang. PULIHKAN dan KOKOHKAN! (an)


1 komentar:

Unknown mengatakan...

terima kasih udah pernah membahagiakan warga kampungku

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More